Saat internet memberi banyak informasi bagi penggunanya.

Sejarah Lokomotif Di Indonesia



C11 (SS 83-84 / SS 320-321)

D1412 (SS14XX)

D52056




Lokomotif dengan penggerak mesin uap sudah mulai dipakai untuk menarik rangkaian kereta atau gerbong sejak dibukanya jalur jalan rel yang pertama di Indonesia, yaitu di Smarang antara Kemijen ke Tanggung pada tahun 1867 sepanjang 26 km.Lokomotif yang digunakan adalah lokomotif uap seri B1, yaitu lokomotif yang mempunyai 2 gandar roda penggerak dan 1 gandar roda pengantar (
idle)dan mempunyai tender bergandar 3.

Selanjutnya berbagai jenis lokomotif uap yg didatangkan dari Eropa terutama dari Jerman, Belanda, juga dari Amerika, beroperasi di berbagai perusahaan kereta api baik perusahaan swasta seperti NIS (
Nederlandsch Indische Spoorwegen) atau perusahaan pemerintah yaitu SS (Staats Spoorwegen). lokomotif-lokomotif tersebut mempunyai daya sampai 1850 PK, misalnya lokomotif uap terbear di Indonesia yaitu lokomotif tipe Mallet. seri DD 52.

Lokomotif dengan tenaga listrik juga mulai diperkenalkan sejak dibangun jaringan listrik antara Jakarta-Bogor tahun 1925.Lokomotif yang dipergunakan adalah lokomotif listrik dengan susunan roda 1B+B1 denga daya 1570 PK buatan AEG (Allgemaine Electricitats Gesellschaft) Jerman.Sedangkan tipe yang lain adalah 1 A-AA-A1 dengan daya 1500 PK, buatan Brown Boveri &Co, Swiss.

Pada tahun 1950-1951 pemerintah mengadakan modernisasi armada lokomotif DKA saat itu dengan mendatangkan 100 lokomotif uap modern buatan Krupp (Jerman) yaitu seri D 52 dengan daya 1600 PK dan 27 lokomotif diesel buatan GE-ALCO (Amerika Serikat).Lokomotif diesel pertama Indonesia ini mulai berdatangan dan beroperasi pada tahun 1953 dan oleh DKA diberi nomer seri CC 200.Lokomotif dengan bobot 96 ton ini berkekuatan 1600 HP dan dirancang untuk bisa melalui semua jalur utama pulau jawa.

Pada tahun-tahun berikutnya pemerintah tidak memesan lokomotif uap lagi dan mendatangkan lokomotif diesel seri BB 200 buatan General motors (Amerika Serikat) pada tahun 1957 dan pada tahun 1959 didatangkan lokomotif BB 300 dari Krupp (Jerman)

Sedangkan di Sumatra, khususnya untuk lintas jalan rel bergigi di Sumatera Barat terakhir dibeli lokomotif uap pada tahun 1966 yaitu type E 10.Baru pada tahun 1976 mulai dibeli lokomotif diesel seri bb 204 dari Swiss untuk menggantikan lok uap.

Demikian selanjutnya armada lokomotif diesel semakin bertambah untuk menggantikan lokomotif uap.Baru sekitar tahun 1980 armada lokomotif uap sudah tidak beroperasi lagi, kecuali lokomotif bergigi di museum KA Ambarawa.Sampai dengan tahun 2008 lokomotif terakhir yang dibeli oleh PT.Kereta Api (persero) adalah lokomotif CC 204 buatan PT.GE Lokindo untuk lintas Jawa dan lokomotif CC 202 dari EMD General Motor Kanada.

Ini langkah langkah terciptanya sejarah kereta api uap di Indonesia:

Sejak pertama kereta api dibangun di Indonesia tahun 1867 di Semarang memakai kereta api uap, pada umumnya dengan lokomotif buatan Inggris dan Belanda.

Penemuan Mesin Uap James Watt (1736-1819)
James Watt, dilahirkan 19 Januari 1736 di Greenock Skotland dan meninggal 19 Agustus 1819 di Heathfield Inggris, menemukan penyempurnaan Mesin Uap pada tahun 1769. Permulaan kereta api uap bermula dengan penemuan penyempurnaan mesin uap ini.

Sejarah Kereta Api di Indonesia Sejak 1876

Pembukaan Jalur Pertama 1876 di Semarang
Kereta Api Pertama di Indonesia dibangun tahun 1867 di Semarang (Kemijen-Tanggung yang berjarak 26 km). Dalam melayani kebutuhan akan pengiriman hasil bumi dari Indonesia, maka Pemerintah Kolonial Belanda sejak tahun 1876 telah membangun berbagai jaringan kereta api, dengan muara pada pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Perak Suarabya.


Perkembangan Lokomotif tahun 1898 hinnga 1954
Lokomotif Uap Tahun 1898: Seri B Bristol
Lokomotif Uap Tahun 1905: Seri C Birmingham
Lokomotif Uap Tahun 1920: Seri BB Manchester
Lokomotif Uap Tahun 1930: Seri CC Manchester
Lokomotif Uap Tahun 1954: Seri D54 Krupp Liepzig

Depo Lokomotif Uap di Madiun
Pada mulanya Depo Lokomotif Uap ada di beberapa stasiun seperti Manggarai Jakarta, Bandung, Purwokerto, Kutoarjo, Pengok Yogyakarta, Madiun, Gubeng Surabya. Namun sejak Pemerintah mengimpor lokomotif diesel, maka Madiun telah ditetapkan menjadi depo lokomotif uap. Sekarang lokasi di Madiun dipakai untuk PT. Industri Kereta Api (PT. Inka).


Jalur Rel Bergigi di Ambarawa dan Padang
Indonesia mempunyai museum kereta uap yang beroperasi di pegunungan dengan bantuan rel bergigi, hal ini masih dapat dilihat pada museum kereta api di Ambarawa.


Kereta Api Uap terakhir di Indonesia 1995
Pada tahun 1955 Indonesia mengimpor lokomotif uap yang terakhir adalah dari pabrik Krupp Jerman, yaitu model D. Lokomotif ini sangat kuat dan dipakai di berbagai kebutuhan untuk penumpang, barang maupun batu bara. Setelah beroperasi 40 tahun, maka berakhirlah pada tahun 1995 pengoperasian lokomotif uap ini. Bagi para penggemar kereta api uap dapat melihat di museum kereta api di seluruh dunia, dan di Indonesia dapat dilihat di Taman Mini atau Museum Kereta Api di Ambarawa.

Pada tahun 1941 Alco Locomotive Work di Amerika membuat 25 lokomotif uap yang super besar dan bertenaga hebat, konon lokomotif ini yang terbesar yang pernah ada di dunia. Lok ini dioperasikan oleh Union Pacific Amerika Serikat dalam mengarungi medan yang berat berpegunungan.

Pada tahun 1930 Union Pacific mempunyai pengalaman harus melakukan pertolongan pada jalur Ogden ke Wasatch (Amerika Serikat), di mana rangkaian kereta adalah seberat 3.600 ton dan dengan elevasi 1,14%. Oleh sebab itu Union Pacific menghendaki lokomotif yang super kuat. Big Boy dapat menarik rangkaian 3.600 ton, traksi 270,000 kg, sehingga diputuskan dengan konfigurasi 4-8-8-4, dan kecepatan 120 km/jam, serta tekanan uap 300 psi.

Konon data terakhir tercatat bahwa Big Boy telah mengarungi rata-rata 1.000.000 mile perjalanan, yang terbesar adalah lok 4006 dengan posisi 1,064,625 mile, sedangkan yang terkecil adalah lok 4024 dengan posisi 811.956 mile. Kode 40 artinya buatan tahun 40-an, dua angka terakhir adalah nomor urut.


Challenger:
Union Pacific pernah pula memiliki 105 lok Challenger, yang dibuat pada tahun 1936 hingga 1943, dengan panjang 30 mt dan berat 500.000 kg, dan susunan roda 4-6-6-4, jadi lebih kecil dari Bog Boy. Lok ini terutama untuk barang, namun juga untuk penumpang pada jalur pegunungan di wilayah California dan Oregon.


Northern:
Lok ini mempunyai susunan roda 4-8-4, dioperasikan oleh Union Pacific sebanyak 45, dibuat pada tahun 1937 hingga 1944. Kecepatannya adalah 150 km/jam. Lok ini untuk penumpang dan barang.

Daftar Lokomotif Uap yang pernah ada di Indonesia

Berikut adalah daftar Loko Uap yang pernah ada di Indonesia :

• Dipo Lok Jatinegara:
C28-01,04,14,23,25,26,54,55
D14-01,10,12,14,17,18,19,20,21,22
D52-01,06,08,12,13,27,28,31,33,38,40,50,52,56,58,59,66,68,99

• Dipo Lok Tanah Abang:
B13-03
B51-03,11
C11-25
C12-20
C27-01,80,09,10,11,15,16,20,21,23,30,38,39
CC10-09

• Dipo Lok Rangkas Bitung:
B51-24,26,31,32,35
BB10-05
CC10-13,21,30

• Dipo Lok Karawang:
B51-05
C11-16,19
TC10-01,04,08,11,12,13,15 (lebar spoor 600mm)
TD 100-01,02,03 (lebar spoor 600mm)

• Dipo Lok Cirebon:
B13-01,04,07
B50-08,10
C11-02,09,27
C21-04
C28-16,32,33,56
D52-02,05,14,34,36,42,48,51,60,69,82,97,98,99

• Dipo Lok Purwakarta:
B13-09
C11-39
C28-17,20,28
CC10-07
CC50-08,24
D14-02,03,05

• Dipo Lok Cianjur:
C10-14
D14-04,07,08,09,11,13,16,23

• Dipo Lok Cibatu:
CC10-12,18,22,23,32
CC50-10,17,30
DD52-02,03,07,08

• Dipo Lok Banjar:
BB10-02,09,10,14
C11-18,31
CC50-23,26
D52-23,61,62,80,83,100

• Dipo Lok Purwokerto:
B52-23
C12-01,24
D14-11
C28-05,08,10,11,13,44,52,58
CC50-05,06,11,12,13,14,20,22,25,27,29
D15-02,03

• Dipo lokomotif Kutoarjo:
C27-03,05,06,14,25,28
C51-06,08
C54-17,19
D51-06
D52-53,63,78

• Sub Dipo Lok Cilacap:
C11-23,24,40
C28-47,50
D10-08,09

• Dipo Lok Tegal:
B52-12,13,14,20,26
C54-01,10
D10-02,07
D15-05

• Dipo Lok Semarang:
B20-11,14,17,22 (Trem)
C19-12
C12-40

• Dipo Lok Cepu:
B51-12,13,17,38,39
C28-21,27,30,35,40,41,42,46,53
C51-02,03,04,05,07,08,09
C25-02

• Dipo Lok Yogyakarta:
C24-01,02,03,07,08,13,15
C28-39
D52-11,22,25,41,45,54,64,74,75,84,85,86,87,95,96

• Dipo Lok Solo:
B22-10,11
C17-02,04
C20-01,07,10
C28-02,03,12,15,19,36,37,45,51,57

• Dipo Lok Ambarawa:
B25-01,02,03,05
C24-10,12
BB10-12
CC50-03,07

• Dipo Lok Gundih:
B22-14
C17-01,C18-01,C19-08,C23-01
• Dipo Lok Kudus:
B22-07
B27-02,03
B52-02,03,04,06,07,10,17,22,25

• Dipo Lok Purwodadi:
B22-01,04,08,09,20
B27-10,04,05,60,70,08,09,10,11,12,16
C19-01,10

• Dipo Lok Blora:
C12-06,18,36,37
C16-02,04
C20-03

• Dipo Lok Madiun:
B21-03
B50-01,02,03,04,06,07,11,12,14
B53-01,07,08,10,11
C25-05
CC50-10,15
D52-14,15,16,17,18,19,21,26,43,46,49,76,77,92,93

• Dipo Lok Kertosono:
B17-03,06,07
B53-04,05
C11-04,13,22,33,35,36
C27-24,26
C28-34
F10-04,08

• Dipo Lok Pare:
B15-03,08,10
B23-01
B26-01
C26-04,06

• Dipo Lok Sidotopo:
C11-06,17
C28-24,31
C32-01,02
CC50-04,16,18
D14-06,15
D52-09,65,67,70,71,72,73,81,88,89,90,91,94

• Dipo Lok Wonokromo:
B12-08,21,39,40,42
C19-03,06

• Dipo Lok Mojokerto:
B13-02,05,06,10
B16-01,06
B21-02,04
C22-03
C26-09

• Dipo Lok Babat:
B51-15,25,33
B53-02,03,05,09
C11-21,32

• Dipo Lok Kamal (Madura):
C26-02,03,05,10
C31-10,17
D16-08
D17-02

• Dipo Lok Bangil (Madura):
C21-02,03,05
F10-07,17

• Dipo Lok Malang:
B24-01
C11-01,26
C27-19,31
C28-09,48
D11-02,03,05,07,08,09,10,11
F10-05,13,16

• Dipo Lok Blitar:
B19-01,03,04
C27-02,34
C28-06,07,22,29,38,43,49
F10-05,12,19

• Dipo Lok Jember:
C11-05
C12-21
C27-07,12,13,18,32,36
CC10-03,12,17
D50-13,23,33,34,35,38
D51-01
F10-18

• Dipo Lok Klakah:
C12-22,33,42
C27-04,27
CC10-01,08,20,26,29
F10-02,06,10,11,12
TC 10-10 (lebar spoor 600mm)

• Dipo Lok Jati (Probolinggo):
C25-01,06
TC 10-09 (lebar spoor 600mm)

• Dipo Lok Banyuwangi:
C12-23
C15-10
TC10-06 (lebar spoor 600mm)

• Dipo Lok Sigli (NAD):
BB 71,76
D1-01,03,04,05,10

• Dipo Lok Banda Aceh:
BB 74,81,84
C 47,60

• Dipo Lok Langsa:
C 42,54,56
C 71,72,73,75,76,77
D1-06,12

• Dipo Lok Lhokseumawe:
C 61
D1-09

• Dipo Lok Medan (penamaan menggunakan model Jerman):
0-4-4T no.1 & 27
0-4-2T no. 14
2-4-2T 60,61,62,66
2-4-4T 17,22,25
2-6-4T 32
C54-05,11

• Dipo Lok Kisaran:
0-4-4T 28
2-4-4T 20
2-6-4T 34,38,44,50,51,53,54,58,59
C54-09

• Dipo Lok Tebing Tinggi
2-4-2T 65,67,69
2-6-4T 33,35,41,55,57

• Dipo Lok Padang:
C19-05,07
C30-91,92,93
C33-20,21,22,25,27,28,31,33
E10-66

• Dipo Lok Padang Panjang:
E10-07,16,18,54,55,57,58,59,62,63,64,65,67

• Dipo Lok Solok:
C33-17,18,30,34,36,39
F10-15,24,25

• Dipo Lok Tanjung Karang:
B51-51
C11-11,34,53,55
C30-71,74,76,78,79
C50-02,03,04,05,11,52,53,55
D50-01,02,05,10,18,22,26,31,52,53,54,57,61

• Dio Lok Lahat:
C11-03
C30-09,62,63,66,67,68,69,70,77,81,82,83
B16-08

• Dipo Lok Tanjung Enim:
B50-52
C30-72
D50-04,08,14,16,17,20,21,30,51,55,59,62,63,64,65,68
D52-10,37

• Dipo Lok Kertapati:
B22-12
B50-51,53
B51-52,53,54
C11-08,20,29,51,54
C30-64,65,73,75
C50-01,54
D50-07,09,11,23,25,27,32,56,60
D52-04,07,20,29,32,35,39,47




Tag : kereta api
0 Komentar untuk "Sejarah Lokomotif Di Indonesia"

Silahkan memberi komentar, masukan, kritik dan saran yg bersifat membangun dan tidak berbau sara. Terimakasih atas perhatiannya.

Back To Top